Advertisement

Promo November

Hari Ini Diperingati sebagai Hari Pahlawan, Ini Dia Sejarahnya

ST22
Kamis, 10 November 2022 - 14:27 WIB
Arief Junianto
Hari Ini Diperingati sebagai Hari Pahlawan, Ini Dia Sejarahnya Ilustrasi Presiden Joko Widodo (kiri) menyalami veteran dan keluarga pahlawan sesai upacara peringatan Hari Pahlawan di Tugu Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur. - Antara

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA - Hari ini, Kamis (10/11/2022) diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Tahukah Anda bagaimana perjalanan bangsa ini sebelum menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan?

Advertisement

Pesiden Soekarno menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan melalui Keppres No.316/1959 yang diteken pada 16 Desember 1959.

Keppres itu diterbitkan sebagai bentuk penghargaan atas semangat perjuangan arek-arek Surabaya pada pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 yang juga menjadi salah satu pertempuran besar dan tersulit yang pernah terjadi dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia.

Catatan peristiwa penting bermula sejak terbesarnya kabar Proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kabar tersebut membuat masyarakat Surabaya bersuka cita dan menandai Indonesia merdeka dengan aksi mengibarkan bendera Merah Putih di seluruh daerah Surabaya.

Namun, ketegangan masih terjadi karena kehadiran tentara Jepang dan Belanda yang masih menduduki beberapa wilayah di Surabaya.

Salah satunya ialah insiden perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato pada 19 September 1945.

Insiden itu terjadi karena sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan W. V. C. mengibarkan bendera Belanda tanpa persetujuan Pemerintah Indonesia Daerah Surabaya.

Para pemuda pun marah karena Belanda dinilai menghina kedaulatan Indonesia. Hendak mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.

Sebelum peristiwa di Hotel Yamato, gerakan merebut senjata telah terjadi atas keinginan arek-arek Surabaya mempersenjatai diri untuk menghadapi kemungkinan pertempuran melawan Sekutu dan Belanda.

Gedung Don Bosco yang merupakan tempat penyimpanan senjata terbesar berhasil direbut beserta sejumlah gedung lain yakni gedung di Kedung Cowek, kompleks Lindeteves, markas Kempetai, markas Kaigun Jepang, markas Polisi Istimewa, dan markas Kohara Butai Gunungsari.

Rapat besar terjadi setelah tersebar berita melalui selebaran yang dibantu dengan BKR, PRI, RRI, dan kelompok muda di kampung.

Pada Selasa, 21 September 1945, rapat besar digelar di Stadion Tambaksari dilatarbelakangi insiden bendera di Hotel Yamato yang telah membangkitkan naluri mempertahankan diri serta mendorong masyarakat Surabaya untuk bergerak maju melawan golongan anti kemerdekaan.

Kedatangan Inggris yang mengultimatum rakyat untuk menyerahkan senjata rampasan Jepang membuat  rakyat Surabaya khawatir penjajahan akan terjadi lagi. 

Mereka pun memilih untuk menghalau Inggris. Sekutu tidak diperbolehkan melewati Jembatan merah yang berada di sekitar Hotel Internatio sekaligus tempat tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby.  

Peristiwa itu membuat Inggris geram dan kembali mengultimatum Indonesia untuk menyerahkan semua senjata pada 10 November pukul 6.00 WIB.

Tentunya ultimatum itu tidak diindahkan rakyat Surabaya ditambah dengan seruan jihad dari ulama, terbakar semangat oleh pidato Bung Tomo, dan siaran radio Gubernur Soeryo yang semakin tak gentar untuk untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Surabaya.

Maka, terjadilah pertempuran Surabaya yang berlangsung selama tiga minggu lamanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Nasib 2 Cagar Budaya Kulonprogo Terdampak Tol Belum Jelas

Kulonprogo
| Senin, 25 November 2024, 19:17 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement